Pilar Lingkungan
Kebutuhan Pengelolaan Sampah
Pemahaman masyarakat Indonesia akan pentingnya pemanfaatan sampah masih perlu ditingkatkan dan memberikan tantangan tersendiri dengan karakteristik geografis kepulauan. Barang rusak, benda tidak terpakai, kemasan produk, sisa makanan akan terbuang begitu saja. Ada yang tertumpuk di tempat pemrosesan akhir (TPA), berserakan di jalanan, atau mengambang di sungai. Pada tahun 2012, Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia mencatat rata-rata penduduk Indonesia menghasilkan 2 kilogram sampah per orang per hari. Sehingga sekitar 500 ribu ton sampah dihasilkan oleh seluruh penduduk Indonesia dalam satu hari.Sampah tidak hanya sekedar memberikan persepsi tidak nyaman terhadap indera perasa dan penciuman, karena dapat menimbulkan pencemaran terhadap tanah dan air tanpa pengelolaan yang baik. Lebih lanjut, dapat pula menimbulkan permasalahan sanitasi kesehatan hingga pemanasan global karena proses dekomposisi sampah organik secara anaerobik yang menghasilkan gas metana.
Bermula di Jambangan, Surabaya
Penyelesaian masalah sampah tersebut membutuhkan peran aktif seluruh elemen yang ada di Indonesia. Yayasan Unilever Indonesia secara aktif melakukan edukasi kepada masyarakat Indonesia tentang pentingnya memilah sampah sejak tahun 2001. Program kami bermula di daerah Jambangan, Surabaya dengan Program Brantas Bersih. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas air Sungai Brantas melalui peningkatan kesadaran pada komunitas di Jambangan untuk mengelola sampahnya dengan lebih berkelanjutan.YUI mendorong pembentukan kader lingkungan di komunitas, dengan memberdayakan warga masyarakat di dalam komunitas tersebut untuk memberikan pelatihan pemilahan, pengolahan sampah, pembibitan tanaman, hingga penghijauan pekarangan. Sampah organik yang dikumpulkan dilakukan proses pengomposan sebagai bahan pupuk penyubur tanaman penghijauan, dan sampah kering didaur ulang untuk menjadi berbagai jenis keterampilan tangan. Program ini berjalan secara konsisten dan berbuah hasil di tahun 2006 Jambangan bebas sampah, dan pada tahun yang sama Surabaya mendapatkan penghargaan Adipura.
Menyebarluaskan Inspirasi Bersama Masyarakat
Keberhasilan di Jambangan memberikan pelajaran yang sangat berharga bahwa komunitas memiliki peran yang sangat besar untuk mengelola sampahnya sendiri. Yayasan Unilever Indonesia kemudian memperluas cakupan program lingkungan berbasis komunitas ini ke wilayah lain di Indonesia. Melalui program yang kemudian dinamakan Green and Clean, kami bekerjasama dengan pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan tentunya peran serta masyarakat di berbagai kota besar di Indonesia untuk mengelola sampah dari sumbernya, yaitu dari rumah tangga.Kami berupaya mengoptimalkan pengelolaan sampah berbasis komunitas dengan melibatkan masyarakat dengan tujuan meningkatkan aktivitas daur ulang, dan mengurangi timbulan sampah di TPA. Kami telah mengembangkan beberapa jenis program terkait pengumpulan sampah, seperti bank sampah komunitas, pengumpulan melalui jaringan di permukiman dan toko, dan program kerjasama dengan pengepul. Melalui program ini, kami berupaya menciptakan berbagai manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan. Keberhasilan dari program ini terlihat dari jumlah unit bank sampah, jumlah masyarakat yang terlibat sampah yang berhasil dikumpulkan dan dijual.
Kami melihat potensi pengembangan Bank Sampah, sehingga konsep ini terus kami pelajari dan kembangkan sejak tahun 2008. Kami mempertajam model sistem pendirian dan pengembangan. Sebagai sebuah hasilnya, buku tentang Sistem Bank Sampah, dilengkap dengan kisah inspiratif dari sepuluh bank sampah yang telah diberdayakan bersama kami luncurkan untuk dapat diakses masyarakat luas.
Buku Panduan Sistem Bank Sampah & 10 Kisah Sukses (PDF | 10MB)
Melalui buku ini kami membagikan pengetahuan dan pengalaman dalam pengembangan fasilitas bank sampah, pengelolaan sampah sehari-hari secara sederhana, serta langkah pembentukan bank sampah komunitas. Kami sangat berharap buku ini dapat menginspirasi masyarakat untuk meningkatkan peran dan kepedulian dalam mengelola sampah di lingkungan mereka. Kami menyediakan pula video animasi untuk memberikan gambaran pendirian dan pengembangan bank sampah komunitas tersebut secara komprehensif.
Sistem Bank Sampah
Pada tahun 2015, kami melanjutkan perluasan wilayah program kami menjadi 17 kabupaten/kota, meliputi 12 provinsi di Indonesia; Medan, Jakarta, Bogor, Depok, Bandung, Yogyakarta, Magelang, Surabaya, Lamongan, Sidoarjo, Bali, Balikpapan, Banjarmasin, Makassar, Maros, Manado, dan Raja Ampat. Melalui program ini kami telah membantu memberdayakan 1.258 unit bank sampah dengan 55.558 nasabah, menyerap 3.739 ton sampah anorganik, dengan perputaran mata uang sebesar 3.8 miliar rupiah.
Inisiatif program pengelolaan sampah berbasis komunitas ini juga telah mendapatkan penghargaan pada tingkat nasional, dan internasional;
- 2013 The International Business Awards, Stevie Awards Gold Winner, Corporate Social Responsibility Program of the Year (Asia, Australia and New Zealand), ” Social Economic and Environment Innovation of Waste Bank.”
- 2013 Asia Responsible Entrepreneurship Awards,” South East Asia Green Leadership Awards on Waste Bank Program”
- 2013 Intel AIM-Asian Forum on Corporate Social Responsibility,” Reducing Environment Impact of GHG, Water and Waste (Program Community Waste Bank System).”
- 2014 Indonesia MDG awards,” Independent & Integrated Waste Bank Management to Create a Healthy Environment and economic empowerment for community.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar